Apakah CIA akan hadir di Indonesia saat Pemilu 2024?
Pemilihan umum (Pemilu) 2024 tinggal sebentar lagi. Sekarang sudah banyak bakal calon yang berbondong-bondong menunjukkan taringnya. Salah satu yang teramai tentu saya Anies Baswedan dan timnya. Sementara itu, nama-nama yang berpotensi sebagai calon presiden lainnya seperti Prabowo dan Ganjar masih menunggu waktu yang tepat.
Bakal calon-bakal calon ini sampai sekarang terus masyarakat elu-elukan. Mereka sama-sama merasa bahwa mereka sudah memilih pemimpin yang tepat meskipun beberapa di antaranya fix jadi calon saja belum. Mereka merasa bahwa pilihan mereka adalah yang terbaik.
Tapi, selain kita, ada pihak lain yang juga menimbang-nimbang calon presiden Indonesia terbaik untuk “mereka”. “Mereka” ini adalah organisasi intelejen Amerika Serikat, CIA. Bukan tanpa alasan saya menyebut CIA dalam pembahasan Pemilu 2024 di sini, karena CIA akan ikut ambil andil.
Kenapa?
Pernah Terjadi Sebelumnya
Dalam kontestasi politik dan pemerintahan itu sendiri, badan intelijen Amerika Serikat, CIA memang terkesan “akrab” dengan pemerintahan kita.
Sebut saja pada masa penggulingan presiden pertama, Ir. Soekarno. Di beberapa dokumen dan penelusuran, bisa terlihat bagaimana CIA menggunakan seribu-satu cara untuk menggulingkan sang putra fajar.
Salah satu yang mereka gunakan adalah para perempuan. Soekarno sang Gemini memang terkenal seorang “buaya darat” yang siap membuat para perempuan jatuh hati. Kharisma inilah yang CIA manfaatkan untuk membuat Soekarno menyerahkan mahkotanya.
Menurut kesaksian AKBP Mangil Martowidjojo, ajudan pribadi Soekarno, dahulu Indonesia sempat kebobolan salah satu intel dari Amerika Serikat. Dia adalah seorang mahasiswa cantik nan rupawan yang bahkan bisa bertemu Soekarno hampir setiap hari.
Namun pada akhirnya, terkuak sudah saat itu bahwa sang perempuan adalah intel Amerika Serikat dan Soekarno akhirnya mengusirnya.
Kasus lain yang memperkuat bukti kehadiran CIA di pemerintahan Indonesia adalah pengakuan dari mantan perwira CIA, Clyde McAvoy di buku berjudul Membongkar Kegagalan CIA karya Tim Weiner.
Dalam buku yang memenangkan penghargaan Pulitzer tersebut, McAvoy membeberkan bahwa mereka sudah merekrut Adam Malik pada saat era pemerintahan Soekarno. Menurut McAvoy, pada saat itu perekrutan Adam Malik adalah “perekrutan tersukses” yang pernah CIA lakukan.
Dengan adanya sosok Adam Malik di tubuh CIA, bersama dengan Sri Sultan Hemengkubuwono IX dan Soeharto, CIA sukses memadu kasih dengan Indonesia pasca tragedi G30S.
Baca juga: Kepemimpinan: Tiada Pengampunan Untuk Pembohong dan Pengkhianat!
Lalu Kenapa CIA ingin Mengintervensi Indonesia Lagi?
Ada salah satu hasil tambang Indonesia yang menarik negara-negara barat khususnya Amerika Serikat. Hasil bumi ini bukanlah, beras, pisang, kacang-kacangan atau malah pengen menguasai rempah-rempah kaya dulu. Indonesia memiliki hasil tambang yang seksi di mata CIA dan negara-negara barat, yaitu Nikel.
Nikel bukanlah sembarangan hasil tambang. Logam yang satu ini sedang jadi primadona negera barat termasuk Amerika Serikat karena merupakan bahan utama pembuatan baterai untuk kendaraan masa depan yang berenergi listrik.
Ketertarikan barat dan Amerika Serikat terhadap nikel bisa dilihat dari usaha mereka untuk menghajar Indonesia lewat World Trade Organization (WTO).
Lewat WTO ini Amerika dan sobat-sobatnya mencoba untuk menguasai hasil tambang nikel sejak masih mentah. Namun, karena sadar Indonesia adalah penghasil nikel terbesar di dunia, Jokowi menolak keinginan Joe Biden dan kawan-kawannya.
Jokowi yang melihat potensi besar nikel nggak mau dengan mudah melepaskan tambang yang amat berharga di masa depan ini dengan begitu mudahnya. Presiden yang terkenal akan gaya bicaranya yang terbilang lambat ini ingin Amerika Serikat dan kawan-kawan membeli nikel setelah produk ini diolah oleh Indonesia sendiri, bukan dalam bentuk mentahan yang akan merugikan Indonesia,
Jelas saja Amerika dan kawan-kawan marah-marah bin mencak-mencak dong. Mereka terus berupaya bisa menguasai “minyak bumi”-nya masa depan ini demi keuntungan bisnis mereka sendiri dan nggak mempedulikan nasib Indonesia sebagai negara yang menghasilkan nikel terbesar di dunia.
Baca juga: Intoleransi di Cianjur? Jangan Terpancing Politisasi Bencana
Mencari Pemimpin yang Pro dengan Kebutuhan Negara Barat
Melihat kekeuhnya Jokowi menyelamatkan nikel dari kuasa negara Barat, jelas saja salah satu cara yang harus negara barat terutama Amerika Serikat lakukan untuk sukses menguasai nikel adalah menggerakkan CIA.
Fungsi dan tugas utama CIA di sini jelas untuk mengintervensi pemilu agar kita, masyarakat Indonesia, memilih pemimpin yang pro dengan negara barat. CIA bisa mendanai, bahkan ikut membentuk pandangan masyarakat mengenai calon pemimpin tertentu. Selain itu, CIA juga bisa bernegosiasi dengan para calon presiden yang sekiranya bisa memuluskan keinginan mereka untuk menguasai logam nikel.
Sejarah pun juga membuktikkan bahwa CIA pernah menggunakan cara licik dengan mendanai dan menyogok politikus Indonesia yang mereka anggap punya peluang untuk menang di gelaran Pemilu.
Pada tahun 1955 yang lalu, CIA sudah terbukti memberikan sogokan dan dana untuk Partai Masjumi. Alasan kenapa Masjumi menjadi target CIA untuk menjadi teman mereka adalah karena Masjumi merupakan musuh terbesar Soekarno dan antek-anteknya.
Pada pemilu pertama tersebut, CIA memberikan dana sebesar 1 juta dollar untuk menjadi bensin Masjumi dalam perang politik melawan Soekarno.
Menurut pengakuan dari mantan agen CIA, Joseph B. Smith, demi menghilangkan jejak, uang 1 juta dollar itu mereka berikan begitu saja tanpa adanya laporan pertanggungjawaban.
Tapi sayangnya, pada saat itu CIA kalah telak. Masjumi harus takluk di pemilu 1955 dan terpaksa mengakui kemenangan Partai Nasional Indonesia (PNI) milik Soekarno.
Melihat track record ini, bukan hal yang mustahil bahwa CIA akan bergerak dan ikut ambil andil di Pemilu 2024 kelak demi logam nikel yang sudah membuat mereka jatuh cinta.
Baca juga: Partai Ummat 2024 Mau Jadi Apa?
****
Menurutmu, apakah CIA akan hadir di kontestasi Pemilu 2024 kelak? Kalau iya apakah karena ingin menguasai nikel ataukah ada tujuan lainnya?
Ilustrasi foto oleh Markus Winkler.