Anak SMP bawa mobil bakalan jadi calon orang kaya Dandy? Apa nggak berlebihan nih?
Pernah liat ada anak SD dan SMP bawa motor sendiri? Pasti sudah sering kan? Meskipun salah, tapi pelanggaran ini sudah jadi hal lumrah di Indonesia. Bahkan saya dulu sempat mendapatkan bully-an dari teman-teman SMP saya ketika belum bisa bawa motor. Pada saat itu, buat anak-anak SD dan SMP, bisa bawa motor sudah kaya kebanggaan tingkat tinggi. Rasanya kaya habis menang Liga Champions bareng tim macam Tottenham Hotspurs.
Bertahun-tahun berselang, saya sudah jadi tim di Pakbob. Masa SMP dah tertinggal jauh di belakang. Masa inilah yang bikin saya sadar bahwa, sekarang anak SMP dah bawa mobil! Gilak gak tuh! Sebuah video yang memperlihatkan anak SMP nyetir mobil bareng pacarnya menyadarkan saya.
Dari situ saya mulai berpikir bahwa bisa saja anak ini jadi kandidat Dandy selanjutnya. Sungguh bikin saya geleng-geleng kepala.
Memupuk Rasa Kepercayaan Diri Lewat Barang Sedari Dini
Seperti yang saya sebutkan, pada zaman saya SMP dulu, bisa menggunakan motor adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Rasanya seperti orang dewasa. Keren betul dah.
Tapi, ada satu buah yang mau nggak mau ditelan oleh teman-teman saya saat SMP dahulu. Kepercayaan diri mereka datang dari barang yang mereka punya.
Mereka merasa kalau motornya nggak Vixion (pas lagi jaya-jayanya), Satria FU, atau Ninja yang kenalpotnya bunyi trokkk… tokk… tok…. tok….. mereka adalah orang yang nggak berharga.
Akhirnya, kepercayaan diri sobat-sobat SMP saya dahulu ditentukan oleh tunggangan milik mereka.
Dalam dunia psikologi yang saya pelajari di FKIP, menaruh kepercayaan diri di barang (termasuk kendaraan) sebenarnya bukan hal yang baik. Parahnya lagi, kalau kepercayaan diri semacam ini sudah terbentuk di masa anak-anak kaya SD, SMP bahkan SMA.
Mereka yang sudah biasa tercekoki dengan model kepercayaan macam ini bakalan rentang dengan rasa superior. Meskipun mereka bukan siapa-siapa, hanya gara-gara punya motor atau mobil oke, mereka bisa merasa punya hak untuk “menindas” orang-orang yang motor atau mobilnya biasa aja.
Coba saja dibayangkan betapa runyamnya masalah kepercayaan diri ini. Kalau orang dewasa yang otaknya sudah berkembang secara maksimal saja masih kaya gini, apalagi anak-anak yang secara kognitif belum berkembang sepenuhnya.
Anak-anak SMP yang sudah mengenal metode kepercayaan diri ini bisa terancam jadi pribadi yang brutal. Sederhananya saja ya kalau nggak dituruti pengen motor/mobil apa, bisa jadi mereka mandek sekolah dan lain-lain.
Miris!
Baca juga: Polisi Banjir Kecaman Karena Lepaskan Pengemudi Fortuner Yang Tabrak Brio Kuning
Rawan Jadi The Next Dandy
Anak-anak yang sudah mendapatkan pendidikan untuk menilai diri mereka lewat barang atau kendaraan yang mereka punya bakalan terus menuntut untuk memiliki mobil yang lebih oke, lebih cadas, lebih besar dan lebih-lebih lainnya agar mereka merasa berharga dan punya kepercayaan diri.
Makanya, biasanya orang-orang yang sudah terbiasa dengan pola kepercayaan diri ini akan mencari kendaraan besar yang menunjukkan kebesaran mereka.
Kendaraan yang akan mereka pilih ya kalian sudah tau sendiri. Biasanya sih Pajero, Fortuner atau Rubicon yang sempat bikin seseorang seperti punya hak mukulin anak orang lain sampai kritis.
Mereka yang mendapatkan rasa percaya diri dari tunggangan mobil akan memilih mobil-mobil besar dan terkesan intimidatif. Keputusan buat memilih mobil-mobil kaya gini akan membuat pribadi yang bersangkutan merasa overpower dan punya hak untuk menindas yang lemah.
Selain itu, mereka akan merasa harus jadi yang utama di manapun mereka berada. Makanya, banyak pengendara mobil-mobil Fortuner cs yang menyebalkan di jalan.
Dalam taraf berbahaya, orang yang menilai diri mereka berdasarkan kendaraan bisa melakukan kekerasan. Sebut saja kaya mas-mas Fortuner yang lawan arus sampai mengeluarkan sajam ketika berhadapan dengan Brio kuning atau dedek-dedek Rubicon yang mukulin anak orang sampai kritis. Orang-orang tersebut sudah termasuk dalam kategori berbahaya akibat menilai diri sendiri dari tunggangan mereka.
Jika saja anak SMP yang bawa mobil tersebut terus-terusan mendapatkan pola membangun kepercayaan diri dengan naik mobil, ya jangan kaget kalau tiba-tiba muncul bibit-bibit Dandy baru di saat dia mulai melirik mobil-mobil besar.
Baca juga: IPK Mario Dandy 1,03 , Nie Anak Makan Apa?
Efek Lain: Terjebak Dalam Lingkaran Setan
“Manusia adalah magnet terbalik,” kata-kata ini sering saya dengar dari orang-orang yang lebih tua dari saya dahulu ketika saya masih SMP.
Awalnya saya nggak ngerti apa maksudnya, tapi ketika beranjak dewasa saya sangat memahaminya dan mungkin kamu sudah sadar.
Orang-orang yang merukapan circle atau bestie kita suka nggak suka memang merupakan cerminan dari diri kita. Jika saja kita memandang harga diri bukan lewat kendaraan, jelas kita akan nyaman dengan orang-orang seperti itu juga kan?
Maka, begitu pula mereka yang menilai diri dengan kendaraan yang mereka miliki. Dengan memiliki kendaraan yang intimidatif dan besar bukan hanya akan menentukan kepercayaan diri mereka, tapi juga menarik orang-orang dengan cara pandang yang sama.
Pada akhirnya, orang-orang seperti ini bakalan terjebak di lingkarang setan. Mereka yang memiliki kepercayaan diri lewat kendaraan bakalan menarik orang-orang yang menghargai orang lain lewat kendaraan juga. Maka, orang-orang seperti ini bakalan jadi orang yang linglung.
Jika mereka keluar dari circle toxic tersebut, belum tentu mereka akan mendapatkan penghargaan karena ya hanya kendaraan yang bisa mereka banggakan. Jika mereka tetap di sana ya makin parahlah diri mereka karena mendapatkan validasi bahwa cara membangun kepercayaan diri mereka dibenarkan oleh circle-nya.
Kalau dah seperti ini apa nggak mumet kalau kalian jadi orang kaya mereka? Jika saja si anak SMP yang viral gara-gara bawa mobil benar-benar terjebak dalam cirlce macam ini kita tinggal tunggu berita saja. Paling tidak yaaa…, 4 – 5 tahun lagi.
Manjain anak boleh, tapi ya ora ngene juga!
Baca juga: Ada Apa Dengan Generasi Strawberry?