Waktu Baca: 3 menit

Ferdy Sambo divonis mati? Politik Hukum untuk selamatkan wajah POLRI? Bisa jadi dan sah sah saja.

Bicara Politik Hukum

Apakah politik hukum itu salah? Menurut hemat saya tidak. Hukum dan politik tidak bisa terpisahkan karena ini saling berkaitan. Misalnya saja di kultur hukum warga yang dominan Muslim, tentu hukum blasphemy atau penistaan agama wajib eksis. Sebab, dalam Islam ada hukum bahwa orang yang menistakan agama maka boleh kita hukum. Hal ini termuat dalam surat Al-Taubah ayat 64-66. Kalau negara tidak menindak penista agama, maka nantinya ada kekhawatiran akan terjadi aksi main hukum sendiri. Inilah yang kita sebut politik hukum.

Guru besar Ilmu Hukum, Satjipto Rahardjo, juga pernah menekankan persetujuannya pada politik hukum secara implisit. Ia menyebutnya dengan konsep yang ia sebut sebagai hukum Progresif. Ia mengatakan bahwa hukum itu pada dasarnya harus terus berubah dan berkembang mengikut perkembangan masyarakatnya. Maka dari itulah, dari dua contoh itu, saya merasa sah sah saja jika kita berbicara mengenai politik hukum. Pun dalam kasus pembunuhan Nofriansyah Joshua Hutabarat, tidak bisa kita lepaskan unsur politik hukum ini. Jika kemudian hasil akhirnya adalah Ferdy Sambo divonis mati benar benar untuk selamatkan wajah POLRI dan kehakiman ya menurut saya ini adalah pilihan dan mungkin bisa jadi pilihan terbaik. Kita harus paham benar bahwa POLRI dalam tekanan yang maha dahsyat dan seorang Jendral Polisi, Listyo Sigit Prabowo, adalah orang yang sudah senormalnya dalam posisi sulit untuk menyelesaikan masalah ini.

Politik Hukum

Jujur saja, Kapolri Jendral Polisi Listyo Sigit Prabowo tentu salah satu sosok paling tertekan di Republik ini dalam kasus Ferdy Sambo. Dalam sejarah institusi POLRI, kasus pembunuhan Joshua Hutabarat ini adalah ujian yang sangat berat karena ini tidak hanya sekedar masalah penetapan tersangka dan proses hukum yang berkesesuaian dengan pasal 340 KUHPidana ( Pembunuhan Berencana ), ini adalah ujian karakter. Level kesulitannya bahkan melebihi saat Jendral Polisi Hoegeng Iman Santoso harus menyelesaikan kasus Sum Kuning. Listyo Sigit Prabowo harus berhitung keras dan salah sedikit ia berpotensi terpeleset.

Posisi Sulit

Listyo Sigit sendiri ketambahan beban moral karena Ferdy Sambo naik karirnya adalah karena kepercayaan yang ia berikan. Apalagi posisi Ferdy Sambo adalah bintang dua tercepat di angkatannya. Ditambah lagi, bisak bisik mengatakan bahwa Listyo Sigit cukup dekat sebagai saudara seiman dengan Ferdy Sambo. Meski belum terkonfirmasi, faktor faktor ini cukup untuk membuat Listyo Sigit dalam posisi terdesak dan bijak. Belum lagi sempat ada press conference yang merupakan hasil rekayasa kesaksian Ferdy Sambo. Ini menambah beban masalah.

Karena itulah, ketika Listyo Sigit memilih jalan tegas, sebenarnya ini hal yang patut kita apresiasi. Bahkan jika akhirnya Ferdy Sambo divonis mati secara inkracht, kita makin yakin bahwa hukum masih berkuasa di negara ini. Vonis mati Ferdy Sambo ini politis? Ya, tidak apa apa. Kenapa? Karena Ferdy Sambo divonis mati adalah sebuah simbol bahwa POLRI berusaha menggandeng masyarakat lagi.

Citra POLRI buruk karena banyak hal. Bahkan malam sebelum Ferdy Sambo divonis mati, kita dapat mendengar sendiri kecaman dari masyarakat karena pengemudi Fortuner hitam di Senopati yang bertindak layaknya gangster boleh bebas begitu saja oleh POLRES Jakarta Selatan. Kelihatan sekali masyarakat sudah tidak menghormati dan meragukan wibawa serta integritas POLRI.

Kehormatan itu harus POLRI rebut kembali karena masyarakat yang sudah tidak takut hukum, akan menjadi manusia yang berbahaya. Maka dari itulah, akhir cerita ini adalah vonis mati untuk sang Jendral Bintang Dua. Dengan adanya vonis mati ini, beban POLRI banyak yang telah terangkat.

Kehakiman Menjaga Wibawa

Tidak mudah untuk memvonis mati Sambo. Bahkan hakim yang membacakan vonis berulang kali selip lidah. Namun wibawa institusi Kehakiman harus dijaga. Vonis mati ini adalah jawabannya.

Namun apakah kematian Ferdy Sambo pada akhirnya menyelesaikan perkara. Ah..rasanya kita masih hidup di Indonesia. Kebenaran dan kejahatan sudah biasa bergantian menang. Tapi jangan sampai masyarakat merasa bahwa kebenaran benar benar terbabat habis. Sebab, masyarakat selalu mengidamkan kebenaran menang. Kalau pada akhirnya, kebenaran sulit atau tak bisa menang, mereka bakal mengamuk. Kalau sudah mengamuk, stabilitas nasional terancam. Eksistensi anarchy akhirnya harus benar benar dicegah karena kepentingan negara jauh lebih penting.

Melanggar HAM? Itu soal lain waktu yang ada waktunya akan kita bahas juga..

Gambar Oleh : ida_ipjm

baca juga :

Akhir Hayat Ferdy Sambo

Sempat Muncul di Kasus Ferdi Sambo, Apa Sih Bias Hakim Itu?

Hancurnya Keluarga Ferdy Sambo

Selamatkan Anak Anak Ferdy Sambo!

Langkah Kuda Ferdy Sambo Menuju Gedung Kura Kura

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini