ARENA – Penampilan Hugo Samir mengundang decak kagum. Namun decak kagum itu membuat saya berpikir bahwa Hugo Samir perlu diselamatkan. Perlu diselamatkan dari apa tepatnya? Menurut saya, ia perlu diselamatkan dari tekanan publik yang tidak masuk akal. Hugo Samir adalah pemain muda berbakat yang merupakan keturunan langsung dari legenda Persebaya, Jacksen F. Tiago. Status itu saja sudah cukup berat untuk sosoknya. Kini ia malah mendapat label menjadi Kylian Mbape nya Indonesia. Ini sungguh suatu perbandingan yang bodoh. Mengapa bodoh? Karena kita baru melihat Hugo Samir dari satu pertandingan saja dan lawannyapun tim sekelas Fiji yang beknya lebih jago berkelahi daripada main bola. Enggak masuk akal kalau Hugo Samir kita anggap sekelas Mbappe. Masih jauh lah.
Yang Hugo Samir butuhkan sekarang adalah tempat untuk berkembang. Ia butuh jauh dari sorotan kamera dan memulai karirnya dengan proses yang baik. Selain dribblenya yang menawan, Hugo Samir masih mentah, Hugo Samir perlu diselamatkan dari rasa cepat puas diri.
Ketika perhelatan mini tournament U-20 ini berakhir, Jacksen harus sadar bahwa anaknya ini perlu melewati langkah langkah dan batu loncatan yang tepat. Tidak perlu buru buru seperti Egy Maulana Vikri yang terburu buru bermain di Eropa dan akhirnya kurang berkembang. Hugo Samir tidak masalah mulai dari klub liga lokal atau Vietnam dan bahkan Thailand. Samir ini perlu mengetahui aspek permainan dengan sejelas jelasnya sebelum mengincar gelar juara.
Contoh Halaand Father and Son
Model yang bisa Hugo Samir contoh adalah Halaand family. Alf Inge Halaand yang pernah merasakan rasanya bermain di Liga Inggris merencanakan langkah demi langkah untuk anaknya sebaik mungkin. Target utamanya bukan agar Erling segera mengoleksi banyak trofi, melainkan berkembang sesuai temponya. Bagaimanapun Cristiano Ronaldo saja baru berkembang maksimal ketika memasuki usia pertengahan 20an. Jangan gunakan Messi sebagai tolok ukur karena ya namanya saja GOAT. Messi ini sudah tidak bisa kita kategorikan sebagai manusia.
Kalau terburu buru, Hugo Samir bisa berakhir seperti Michael Owen ataupun Steven Gerard dan juga Jack Wilshere. Ketika muda begitu menjanjikan, tapi begitu dewasa rentan cedera dan tidak bisa memenuhi potensi terbaiknya.
Nikmati saja prosesmu Hugo Samir! Dengan jalan yang tepat, kesuksesan di depan mata.
Baca juga :
Marc Cucurella Si Spesialis Kiri Lapangan
Cristiano Ronaldo Kembali ke Eropa?
Joao Mendes Gabung Barcelona, Nepotisme Akut (?)