Kakek saya tidak pernah melupakan hari ketika ia dilarang masuk ke klenteng kota kami lagi oleh kawan kawannya. Saat itu kakek saya menolak masuk PKI. Alasannya, kakek saya adalah seseorang yang berpendidikan dan ia paham betul seperti apa ajaran Komunisme itu. Menurutnya, ajaran Komunisme bertentangan dengan apa yang ia yakini. Karena itulah ia enggan masuk PKI dan bahkan menentangnya. Namun bagi teman temannya sesama orang Cina, kakek saya tidak nasionalis dan bahkan mendapat anggapan terlalu pro orang lokal dan tidak menghargai orang Cina.
Ini adalah salah satu kisah kenaifan komunal dalam sejarah orang Tionghoa di Indonesia dan tak pernah dibahas. Alasan kenapa kisah ini tak pernah dibahas salah satunya adalah karena orang Cina di Indonesia berusaha menanamkan narasi pada generasi muda bahwa orang Cina ditindas dan didiskriminasi oleh pemerintah Indonesia selama masa Orde Baru karena fisik mereka berbeda dan kekayaan mereka melimpah. Padahal kenyataannya tidak sesederhana itu.
Orang Cina waktu itu enggan dianggap sama dengan pribumi. Mereka bersikap eksklusif. Hal ini juga akibat dari perlakuan spesial yang mereka terima selama masa pemerintahan Belanda. Setelah kemerdekaan, Soekarno tidak mau memperlakukan orang Cina dengan istimewa sehingga hal itu menimbulkan kekesalan sendiri pada warga Cina di Indonesia.
Apalagi kemudian muncul PP 10 tahun 1959 yang membuat warga Cina tidak bisa bebas berdagang di wilayah di bawah Kabupaten. Hubungan Soekarno dan warga Cinapun menegang. Namun semua itu berubah ketika di era Demokrasi Terpimpin Soekarno mendekat ke Cina Daratan.
Nasakom
Ketika hubungan Soekarno dengan pemerintah Cina makin menguat, warga Cina di Indonesia mulai berubah pikiran. Mereka kini mulai merasa mendapat posisi yang lebih baik di masyarakat. Namun inilah yang menjadi awal dari kebodohan komunal yang terjadi di banyak kalangan masyarakat Cina dan menjangkiti orang yang tidak paham apa itu ideologi dan politik.
“Mendadak masuk PKI itu keren!” begitu cerita salah seorang sesepuh Cina yang pernah saya ajak mengobrol. “Orang itu tidak tahu apa itu komunisme dan apa yang menjadi inti ajaran dan perjuangannya, mereka ikut karena menurut mereka sangat keren ketika orang yang awalnya tidak mereka suka (Soekarno) kini dekat dan menganggap Cina itu istimewa karena komunisme!”
Tiba tiba banyak warga Cina mendadak latah dan masuk PKI. Bagi warga Cina yang tidak mau masuk PKI, mereka akan mendapat anggapan sebagai orang yang tidak nasionalis dan bahkan mengalami pengusiran dari komunitasnya.
Ini adalah bukti nyata pentingnya pendidikan. Bahkan hal yang lebih gila terjadi. Banyak warga Cina di Indonesia yang ingin pulang ke negaranya. Karena itulah kemudan menteri luar negeri, Soebandrio, melakukan kerjasama dengan pemerintah Cina dan menyediakan kapal untuk memulangkan warga Cina di Indonesia ke Cina. Sebuah keputusan yang terbukti salah karena mereka mengalami hidup yang menyedihkan di Cina daratan. Tidak ada penyambutan meriah, tidak ada fasilitias agar mereka bisa berakulturasi dan mereka benar benar tidak mendapat apa apa sekembalinya ke Cina.
Nasionalisme Kopong
Ironis ketika banyak warga Cina masuk PKI hanya karena mereka menganggap itu bentuk nasionalisme dan solidaritas suku bangsa, generasi di bawah mereka mengalami perundungan dan diskriminasi betulan di jaman Orde Baru. Namun generasi tua enggan menceritakan episode kelam ini ke anak anak mereka.
“Mungkin mereka malu dan lebih senang menceritakan versi mereka sendiri bahwa mereka mengalami diskriminasi karena orang lokal iri akan kekayaan mereka,” begitu cerita sesepuh yang sempat saya ajak ngobrol.
Kakek saya sendiri sangat tersinggung dengan perlakuan yang ia terima dari kawan kawannya karena ia menolak masuk PKI. Ia kemudian memilih untuk melarang keluarganya berbicara bahasa Mandarin di rumah dan bahkan sangat marah ketika orang memanggilnya sebagai orang Cina.
“Aku ini orang Jawa!” begitu hardik kakek saya.
Sebagai generasi muda, hikmah yang bisa kita pelajari dari kisah ini adalah jangan tertutup pikiran Etnosentrisme. Pikiran pikiran yang Etnosentrik ternyata bisa membawa dampak yang sangat buruk.
Sampai hari ini banyak generasi muda Cina yang masih menganggap orang pribumi tidak menyukai mereka karena kebencian kosong dan iri pada harta mereka. Padahal, pernah ada episode gelap ketika banyak orang Cina masuk PKI hanya karena menganggap itu keren. Padahal ya mereka tidak pernah paham apa itu Komunisme sebenarnya. Inilah sebuah Kenaifan komunal yang seharusnya tidak kita ulangi lagi di generasi generasi berikutnya.
Baca juga :
Mengerikannya Genosida Pasca Tragedi 30 September 1965
Indonesia Seharusnya Tidak Bangga Justin Holiday Jadi Duta Batik!
Soe Hok Gie juga lebih memilih jadi minoritas dari banyak kalangan orang Cina ya kak? Nggak mau ikut-ikutan layaknya orang Cina pada umumnya.. meski hatinya juga nasionalis🙂
Iya, dia juga enggan masuk PKI. Tapi dia juga ogah ketika disuruh ganti nama karena menurutnya hal itu diskriminatif.