Waktu Baca: 3 menit

Bagi saya apa yang menimpa David itu membuktikan bahwa negara ini masih lekat dengan stigma negara preman. David seorang anak yang ceria dan mudah bergaul serta tumbuh di kota kecil bernama Muntilan harus bertaruh nyawa hanya karena urusan kecil bernama perempuan. Kenapa kecil? Kecil lah karena toh perempuan bernama Agnes Gracia ini sebenarnya belum tentu punya masa depan dengan Mario Dandy dan apalagi David. Hanya urusan sakit hati anak remaja kok sampai nyawa David ditaruh di tebing jurang kematian?

Padahal David ini di mata guru gurunya di Bentara Wacana Muntilan adalah anak yang tidak neko neko serta senang membantu orang lain. Kepergiannya dari Bentara Wacana Muntilan pun diiringi niat mulia untuk mendalami ajaran agama-nya, bukan karena ada masalah lain.

Anak inipun konon besar di lingkungan yang multi-kultural, neneknya adalah umat Gereja Kristen Jawa di Muntilan. David ini bisa menjadi tokoh muda, besar dan potensial menjadi jembatan antar orang yang berbeda keyakinan, pandangan dan persepektif. Tapi kok nyawanya dihargai sepele oleh seorang Mario Dandy yang menyiksanya hanya untuk urusan gadis yang belum tentu ia nikahi dan menemani dia di saat senang susah di masa depan? Gak usah jauh jauh lah, ketika Mario Dandy ini ada di penjara, Agnes Gracia ini dimana? Ah…sepele sekali urusan ini sebenarnya. Tapi ya inilah…di negara preman..talenta dan kelebihan manusia tidak mendapat penghargaan yang layak dan bisa habis cuma urusan sepele. Edan.

Negara Preman

Sedih memang kalau melihat kenyataan betapa label negara preman kok masih kuat kuatnya di Indoneisa. Kasus penyiksaan David oleh Mario Dandy karena urusan cewek bernama Agnes Gracia yang sekarang juga bungkam dan tidak menemani pacarnya di penjara ini ternyata berujung panjang dan bukan sekedar soal pemukulan biasa.

Mario Dandy rupanya anak PNS. Kita hampir saja bersimpati karena kita pikir PNS ini adalah abdi negara dan fokus membantu masyarakat dengan penghasilan yah secukupnya. Eh ternyata, rasa simpati itu langsung hilang karena kepemilikan Rubicon dan Moge oleh ayah Mario Dandy.

Kita kecewa..terutama kepada Bu Sri Mulyani. Sejak Jokowi menjadi presiden, urusan pajak di Indonesia ini hampir masuk ke level njelei. Bahkan urusan jasa titip dan handphone saja ikut ikut dipajakin. Di Muntilan sendiri ada warung makan ramai sedikit saja langsung petugas pajak sudah mengincar untuk memasang mesin Tap untuk memburu pajak. Sampai sampai, masyarakat merasa gerah. Pajak yo pajak tapi ya nggak usah terlalu ngganyik gitu lhoh.

Kalau memang pajak yang ribetnya setengah mati itu lalu kita mendapat pelayanan kesehatan gratis, pendidikan gratis, jalan tidak berlubang dan sebagainya, gak masalah. Kalau perlu pajak sampai 20 persen!

Tapi yang terjadi adalah kekecewaan tingkat tinggi. Gimana enggak? Uang pajak malah dikorupsi oleh Mensos Julian Batubara. Kacau sekali. Kita pikir ini hanya anomali lah. Cuma satu orang ini aja deh. Eh ternyata ada korupsi lagi perizinan benur lobster oleh Edhy Prabowo. Kok Gitu?

Nah, sekarang tambah lagi, ada pegawai PNS DJP kok hartanya ber-Milyar Milyar Rupiah. Dapat darimana? Pimpinan KPK, Pahala Nainggolan sudah menyebut bahwa harta ayah Mario Dandy ini tidak wajar. Yak opo??

Masyarakat Krisis Kepercayaan

Kalau duit kita dipungut terus menerus, tapi penggunaannya gak jelas dan bahkan perlindungan dasar saja enggak ada, apa bedanya kita dengan negara preman? Bukankah itulah prinsip hidup preman, kita bayar supaya tidak mendapat gangguan tapi itupun kita masih mungkin mendapat gangguan. Ya inilah, negara preman!

Lalu apa bentuk tanggung jawab terbaik? Berhubung DJP ini terindikasi kotor, ya sebaiknya urusan SPT dan lain lain ditunda dulu. Ini menunjukkan tanggung jawab negara atas dugaan penyimpangan yang ada. KPK terjun, BPK audit, DPR juga segera gunakan hak interpelasinya karena kalau DJP ini benar benar kotor, masyarakat bisa marah besar.

Banyak harapan pada pemerintah saat ini, maka dari itulah rakyat tetap membayar pajak yang kini ketentuannya njlimet itu dengan harapan perubahan yang hakiki. Namun kalau yang memungut saja bermasalah, wajar dong kalau rakyat kehilangan kepercayaan.

Saya berharap sekali saya salah soal negara preman ini. Karena itulah harapan akan adanya kedewasaan dari pemerintah untuk berbesar hati berberes beres di DJP agar tidak ada lagi rasa curiga di antara kita.

Salam!

Baca juga :

KPK Ceroboh Blokir Rekening Penjual Burung, Masyarakat Merasa Resah

DJP Kecam Sikap Anak dari Anak Buahnya? Baguslah!

Luhut Tidak Salah, KPK Memang Lebay

Gawat! Masyarakat Siap Tidak Bayar Pajak Gara Gara David!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini