Sejak SD, hampir seluruh guru olahraga yang saya temui adalah guru-guru terbaik yang telah mengisi kehidupan saya selama bersekolah. Mereka hampir tidak pernah marah, beberapa di antara mereka pun enak kita diskusi. Namun tak ada gading yang tak retak. Berdasarkan pengamatan saya, ada sejumlah dosa yang kerap kali sebagian besar guru olahraga lakukan. Nah, apa saja sih dosa para guru olahraga tersebut?
Bertubuh Gemuk
Dosa paling mencolok yang dilakukan oleh guru olahraga adalah bertubuh gemuk. Bukannya body shamming atau fatphobic, tapi kan mereka guru olahraga ya? Masa bertubuh gemuk sih?
Saya tahu kok, selain sibuk mengajar mengajar mata pelajaran olahraga. Guru olahraga pun melakukan pekerjaan lain seperti mengurus administrasi sekolah dan mengajar privat olahraga di luar sekolah untuk menambah penghasilan.
Tapi hal tersebut gak bisa jadi alasan. Mereka tetap menjaga bentuk tubuh mereka, biar bagaimanapun, peribahasa “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” itu benar adanya. Gimana mau jadi contoh yang baik supaya siswa-siswinya rajin olahraga kalau mereka sendiri bertubuh gemuk karena jarang olahraga?
Masa kalah dengan para personal trainer di gym komersial sih? Mereka yang tiap hari melatih puluhan klien aja bentuk tubuhnya masih ideal karena masih rutin berolahraga baik sebelum melatih maupun setelah melatih klien-kliennya. Masa guru olarhaga gak bisa meluangkan waktu untuk olahraga?
Baca juga: Tugas Guru di Masa Depan Bukanlah Mengajar Siswa?
Makan Makanan Junk Food
Masih berhubungan dengan poin pertama, dosa kedua yang oleh guru olahraga lakukan adalah makan makanan junk food di hadapan siswa-siswinya. Seperti yang kita tahu, junk food adalah salah satu faktor penyebab seseorang mengalami kegemukan di samping jarangnya olahraga. Mau tiap hari lari puluhan kilometer pun, kalau makan makanan junk food tinggi kalori sampai sehari tiga kali ya pasti bakalan gemuk juga.
Nah, gimana mau mendidik generasi muda supaya gak makan makanan junk food jika guru olahraga saja terang-terangan makan makanan junk food di depan siswa-siswinya ketika jam istirahat tiba? Yang ada murid-muridnya pasti ikut makan makanan junk food karena guru olahraganya saja makan makanan junk food. Kalaupun gak bisa mereka hindari, coba jangan makan makanan junk food di hadapan siswa-siswinya gitu.
Baca juga: Ini Manfaat Rajin Olahraga yang Saya Rasakan Tatkala Tren Remaja Jompo Meningkat
Jarang Ngasih Contoh Gerakan
Dosa ketiga yang sering guru olahraga lakukan adalah mereka jarang ngasih contoh gerakan yang baik dan benar ketika pelajaran olahraga tiba. Misalnya, ketika siswa-siswi lagi mempraktikkan olahraga bola basket, guru olahraga cuma teriak-teriak doang ngasih instruksi dari pinggir lapangan alih-alih memberikan contoh gerakan dalam olahraga basket seperti tata cara dribble bola atau tata cara lay up. Kan gak semua siswa-siswi ngerti tata cara olahraga basket kayak gimana?
Hal ini bakal semakin terlihat ketika praktik olahraga renang tiba. Alih-alih ikut turun ke masuk ke dalam air, guru olahraga hanya mencontohkan bagaimana cara melakukan gaya bebas, gaya dada, gaya katak maupun gaya punggung dari atas darat. Bagi siswa-siswi yang jarang atau bahkan gak pernah berenang sama sekali seumur hidupnya tentu saja jadi kebingungan.
Baca juga: Melirik Pendekatan Guru ala Great Teacher Onizuka
Remedial Berbau Gratifikasi
Dari ratusan siswa-siswi dapat pelajaran olahraga, pasti ada banyak di antara mereka yang gak mahir berolahraga sama sekali, termasuk saya sehingga harus melakukan remedial. Misalnya, saya yang gak lulus dalam pelajaran bola voli karena servis saya gak sesuai standar, harus melakukan remedial dengan mengulangi tes servis voli satu minggu setelahnya atau kalau mau gampang, disuruh patungan bersama siswa-siswi lainnya yang sama-sama remedial buat beli alat olahraga. Tentu saja nanti dijadikan sebagai inventaris sekolah. Sebagian besar teman-teman saya memilih opsi kedua karena jauh lebih mudah. Tinggal patungan doang. ~wqwqwqwq
Biasanya, alat olahraga yang diminta oleh guru olahraga adalah dalam berbentuk bola sepak, bola basket, bola voli, maupun net badminton. Meskipun nantinya alat olahraga ini bakal digunakan oleh siswa-siswi lainnya sampai bertahun-tahun ke depan, tentu saja hal tersebut gak bisa dibenarkan. Kalau bisa gitu, mending gak usah ikut pelajaran olahraga kan? Mending kasih bola sepak dari awal aja? ~wqwqwq.
Saya gak tahu apa alasan guru olahraga nyuruh siswa-siswi yang remedial untuk patungan buat beli alat olahraga. Entah karena anggaran Dinas Pendidikan atau anggaran pihak sekolah untuk peralatan olahraga yang kurang atau gimana, tapi praktik ini sama sekali tidak bisa dibenarkan karena seolah-olah mengajarkan siswa-siswi untuk melakukan gratifikasi kecil-kecilian sedari dini.
Baca juga:
Penutup
Nah, itulah empat dosa yang sering dilakukan oleh guru olahraga selama saya bersekolah dua belas tahun yang saya harap bisa dihilangkan sedikit demi sedikit biar generasi muda mendatang bisa lebih berprestasi lagi dalam bidang olahraga. Minimal kalaupun gak jadi atlet profesional, bisa mempraktikkan gaya hidup sehat dengan rajin olahraga dan jaga pola makan deh!
Mudah-mudahan tulisan ini dibaca oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Bapak Zainudin Amali dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Bapak Nadiem Anwar Makarim. Saatnya mengucapkan mantera, “Bismillah, stafsus Menpora atau Mendikbudristek!”
Artikel ini juga terbit di Wisnu93.