Waktu Baca: 3 menit

Kalau nonton para influencer bisnis mungkin ga sedikit ya rasa kesel yang keluar. Apalagi, pas mereka dah keluar kata-kata penuh sihir kaya “waktu gw gak punya duit dulu” atau “waktu gw masih miskin” dan lain-lain dah, pasti keselnya dah sampai ke ubun-ubun.

Biasanya, mereka berdalih dengan menggunakan kata-kata itu karena mereka ingin memotivasi orang-orang agar bisa ikut kaya raya. Mereka percaya sebenarnya setiap orang bisa kaya kok, apalagi di kondisi kaya sekarang yang katanya, opportunity bisnis tuh gede banget. Tapi, kok malah tiap dengerin mereka kita kesel ya bukan termovitasi. Aneh kan?

Masih Mencari Jati Diri

Influencer bisnis kalau kita lihat-lihat, kebanyakan diisi oleh kawula-kawula muda, jarang banget para old money muncul di media sosial buat memberikan motivasi. Biasanya mereka yang berusia 20 an hingga 30 an lah yang sering nongol. Terutama kategori pertama itu berjibun jumlahnya.

Di usia kaya 20 an bahkan 30 an, orang-orang masih mencari siapa dirinya sesungguhnya dan masih mencari pengakuan terutama dalam pilihan karir. Di sinilah mereka mulai membuat kisah-kisah hidup mereka terlihat heroik. Mulai dari cerita sempat bangkrut, rugi miliaran, dulu nggak punya uang dan macem-macem lah modus operandinya biar kisah hidupnya heroik kayak The Avengers.

Apakah berarti para influencer bisnis ini salah? Jawabannya ya nggak juga! Mereka cuma mas-mas atau mbak-mbak yang perlu mendapatkan pengakuan saja kalau mereka ini cukup hebat. Bahkan di antara teman-teman saya yang berusia sama seperti mereka sifatnya ya sama saja. Cuma, bedanya teman-teman saya flexing-nya di tongkrongan, bukan di sosial media.

Apa sih yang kalian harapin dari anak muda usia 20 an secara umum? Bukan bermaksud mengatakan bahwa orang di usia tersebut nggak bagus dsb, tapi ya memang itu fasenya. Jangan dibawa serius kalau mereka salah ngomong.

Baca juga: Bergulat dengan Quarter Life Crisis

Punya Kebebasan Tapi Sulit Mengontrol Kebebasan

Di usia 20-an dan 30-an kaya mereka (influencer bisnis), mereka baru merasakan sebuah kebabasan. Mereka sudah nggak perlu ngurusin kuliah lagi, nggak perlu sekolah lagi, mikirin IPK atau nilai yang di atas KKM atau nggak dan lain-lain. Singkatnya, di usia ini, para influencer bisnis baru saja merasakan “kemerdekaan”.

Maka dari itu, biasanya, orang-orang di usia ini akan mengeksplor apapun yang mereka mau tanpa harus memperhitungkan keburukannya. Misal saja, beli barang-barang ga jelas, tiduran di sofa seharian dan sebagainya.

Kebebasan ini yang juga dirasakan oleh para influencer bisnis. Mereka baru saja bebas dan saatnya mengeksplor dunia dan menemui orang-orang yang mereka suka (saja). Misalnya, ketemu cici-cici gaji gede, atau para pebisnis dan lain-lain. Para influencer bisnis hanya akan mau bertemu orang yang mungkin sepaham, setipe, sejenis, sesifat, seharapan dan se-se lainnya, atau membuat segala sesuatu yang mereka mau.

Maka dari itu, para influencer bisnis muda ini sering blunder dalam pengambilan keputusan buat ngonten. Mereka nggak sadar bahwa mereka harus mengontrol kebebasan yang mereka miliki seperti bagaimana berucap, menyampaikan sesuatu, melihat realita serta sebagainya.

Sifat mereka inilah yang mungkin nggak mereka sadari bikin kita kesel, seakan hidup kita digampangkan begitu saja.

Sebenarnya mereka itu nggak sepenuhnya salah kok. Mereka nyebelin semata-mata karena mereka baru saja merasakan sebuah kebebasan dalam hidup mereka.

Baca juga: Anak Nakal Kayak Mario Dandy Hasil Bapak Yang Bucin?

Sharing Without Caring

Harusnya sharing is caring kan? Tapi, yang kebanyakan terjadi di para influencer tersebut adalah seperti sharing without caring. Terkesan judgemental sekali ya tulisan ini.

Tapi di sini, without caring yang saya maksud adalah bukan mereka nggak peduli seutuhnya sama kita, hanya mereka belum bisa peduli dan sadar bahwa setiap individu punya jalan hidup yang berbeda-beda.

Biasanya, orang-orang di usia ini nggak akan terlalu peduli sama siapa elu sampai bagaimana jalan hidup lu.

Di usia ini, bahkan di usia 30-an orang bakalan dikit-dikit sharing dikit-dikit sharing tanpa peduli siapa yang mereka hadapi. Aku yakin kamu punya teman yang modelnya kaya gini nih…

Mereka seakan menyamakan setiap orang seperti diri mereka sendiri karena baru belajar hal baru. Kalau menggunakan kiasan, mereka adalah burung yang memaksa ikan untuk terbang dan merasakan enaknya angin.

Tapi toh, hal ini wajar-wajar saja. Memang setiap orang yang baru belajar hal baru dan sangat excited memang memiliki kecendurungan untuk buru-buru sharing tanpa pertimbangan. Jadi, jangan marah-marah dulu ya. Hampir semua orang mengalami fase ini.

Baca juga: Pengalaman Di Tengah Demo, Yang Terbaik Sampai Yang Terburuk

Ilustrasi foto oleh Los Muertos Crew.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini