Di sini kita bicara dalam konteks pendidikan moral dan juga etika. Baru saja Jonathan Latumahina memposting satu kata ‘Selamat Menikmati’. Postingan Jonathan Latumahina itu ia sampaikan kepada siapa? Enggak ada yang tahu karena gak ada yang mendapat tag. Tapi, tentu banyak orang menganggap pasti ini postingan Jonathan Latumahina ia tujukan pada Agnes Gracia alias AG yang baru saja ditetapkan sebagai pelaku atau setara dengan tersangka, bedanya ini status pelaku ini only designed for kids. Kenapa? Karena AG alias Agnes Gracia ini masih anak anak.
Setuju enggak saya dengan penetapan AG sebagai pelaku? Ya jujur saja saya nggak punya hak untuk menjawab. Lho kenapa? Ya karena bukan saya yang punya anak dipukuli sampai koma. Jawaban dari saya gak akan pernah valid. Kalau saya jawab Ya, saya gak setuju, saya juga salah karena ‘kan saya tidak mengalami luka sebagai orang tua. Kalau saya jawab setuju dengan postingan Jonathan Latumahina itu berarti saya setuju dengan budaya balas dendam di Indonesia. Nah, kalau mau jujur, saya minta kita kritisi budaya balas dendam ini. Karena apa?
Ini Akan Jadi Siklus Tak Berkesudahan
Yang saya maksud adalah dendam ini akan ‘nurun’. Kejadian pada David Latumahina kemarin kan karena ada dendam yang berasal dari Mario Dandy pada David atas perlakukan David pada AG waktu mereka masih pacaran. Nggak mungkin juga nggak ada apa apa terus David dihajar Mario Dandy. Nah, sekarang ketika David sudah koma, Jonathan Latumahina menunjukkan bahwa ia merasa puas anak remaja cewek umur 15 tahun mendapat tekanan dan hukuman yang sebegitu kerasnya. Ini bukan masalah layak atau nggak layak, tapi ada budaya dendam yang disemai di sini.
Kalau kita fokus pada dendamnya, mungkin suatu hari nanti, anaknya AG atau mungkin anaknya Mario Dandy juga akan merencanakan balas dendam. Lalu apa?
Budaya balas dendam inilah yang kemudian di barat juga coba mereka hilangkan. Misalnya hukuman mati nih kepada pembunuh/pengedar narkoba, kalau sudah kita lakukan apakah tidak akan ada lagi pembunuhan dan tidak ada lagi pengedaran narkoba? Enggak ‘kan? Padahal biaya hukuman mati itu gede. Mantan Jaksa Agung H.M. Prasetyo pernah menyebut ratusan juta dihamburkan hanya untuk kita ngerasa seneng bisa balas dendam.
Buat saya hukuman untuk AG dan Mario Dandy ini jangan jadi budaya balas dendam tapi pelajaran. Pelajaran apa tepatnya, pelajaran kalau hukum itu jangan sampai kesannya bisa kita tawar atau perjualbelikan. Hukum harus ketat. Yang salah dalam kasus ini cuma satu: sistem hukum kita yang gak punya wibawa!
Kalau Mario Dandy gak merasa dia bisa lolos dari hukuman, tidak akan ada percobaan pembunuhan pada David Latumahina. Menurut saya, ini kesempatan hukum mengembalikan wibawanya. Sambo sudah..maka sekarang kasus David ini bak ujian kedua. Bagi saya..menurut saya nih..Baiknya Jonathan Latumahina fokus ke pengawalan hukuman baik untuk Mario Dandy dan komplotannya termasuk AG. Bukan untuk balas dendam..tapi untuk memastikan tidak ada lagi yang bernasib seperti David..